top of page

Dulu, kini, dan esok hari.

Writer's picture: HMJ SPI UIN BANTENHMJ SPI UIN BANTEN

Updated: Sep 26, 2021

Oleh : Kusniah



Romansa pagi hari mewarnai alam, sahutan ayam berkokok menggema dipejuru desa itu. Embun sejuk meluncurkan hawa dingin yang menusuk atma. Pagi ini, mentari belum menyapa alam. Terlihat beberapa anak kecil tengah berkoar-koar memanggil sang pemilik rumah itu.

“Ayu...ayu...ayu.”

“Iya?” Sahut anak kecil itu dari bilik jendela istana kecil itu.

“Hayuu, mumpung belum siang ini. Cepetan ayu.” Ujar salah satu dari mereka, sebut saja Anggi.

“Iya sebentar.” Jawab ayu

Setelah menunggu beberapa menit. Terlihatlah anak kecil nan ayu yang bernama ayu itu tersenyum manis dengan lesung pipinya.

“Let’s go kawan.”

Mereka berjalan melewati macam-macam pemandangan sejuk nan indah.

Disekelilingnya sawah-sawah yang berhamparan rapi, dengan fajar jingga yang semakin nampak sempurna, sungguh pemandangan pedasaan yang harmonis.

“Hey, kita balap lari lagi yuk. Kalau menang, dapat hadiah mahkota bando bunga yang nanti kita bikin.” Sahut Anggi

“Yuuklah. Sudah siap? 1, 2, 3”

Mereka pun berlari secepat mungkin. Berbalap-balap satu sama lain. Sampai akhirnya ayu memenangkan kompetisi lari pagi ini.

“Anggi, Ajeng, Atika, tar jangan lupa bikin bandonya ya.” Seru ayu menagih janji sahabatnya itu.

“Iya iya. Jangan lupa nanti siang kita kumpul ditempat biasa ya.” Ujar Anggi selaku ketua geng anak kecil itu.

Setelah menikmati pagi harinya, ketika sang mentari mulai muncul dari ufuk timur, mereka pun akhirnya pulang ke rumahnya masing-masing.

Pukul 13.00, mereka berkumpul di sebuah gubuk tempat biasa untuk bermain. Dengan udaranya yang sejuk ditemani beberapa pohon-pohon dengan aneka macam buah.

Mereka memulai menyambungkan bunga satu demi satu dengan rantainya yang terbuat dari dahan-dahan tanaman rumput liar, untuk kemudian merangkainya menjadi sebuah mahkota bando. Beberapa waktu kemudian, mereka berhenti dari pekerjaan yang digiati tersebut, lalu memakaikannya pada kepala ayu. Cantik, anggun, dan manis. Mendeskripsikan penampilan ayu saat ini.

Setelah membuat bando tersebut, mereka memulai kegiatannya kembali dengan terjun ke sawah untuk mencari beberapa belalang yang akan mereka masak menjadi sebuah hidangan yang nikmat.

“Anggi, itu dibelakangnya disamping kamu. Buru ambil.” Teriak Ajeng

“Mana...mana...jangan berisik doang. Anggi kan gak fokus.” Sahut sang lawan bicara

“Itu ambil...ambil. jangan sampai lolos.”

“Mana? Mana sih?”

“Ih kok susah ya terbang aja.”

“Awas wadahnya jatoh. Nanti terbang lagi.”

Seperti itulah gambaran kekisruhan ketika mereka tengah mencari hewan berwarna hijau itu. Sampai suatu ketika, terjadilah sesuatu yang menambah keributan mereka.

“Byuuurr...”

Terdengar suara seseorang jatuh dari pinggir sawah.

“Hey Atika, ngapain kamu nyium tanah.” Ujar salah satu diantara mereka. Kemudian gelak tawa terdengar nyaring disekeliling pemandangan. Setelah suara tawaan itu berakhir, mereka lalu menolong sang korban. Lalu, pergi ke sebuah sungai untuk membersihkan badan dari kotoran yang menempel pada tubuhnya. Kesempatan ini mereka ambil untuk bermain air, seluncuran tanah yang dibuat dengan tangan mereka sendiri. Tak terasa langit kini mulai memancarkan sinar jingganya. Tanda bahwa sang senja akan menampakannya pada cakrawala langit.

Malam hari pun tiba, tak hentinya mereka pergunakan waktunya untuk bermain. Seperti petak umpet, petak umpet sarung, benteng, dan lain sebagainya.

Keesokan harinya, mereka kembali dengan kegiatan sehari-hari nya dengan kesibukan bermain dan bermain. Disisi waktu, mereka makan bersama.

“Hey, jadi kan kita sanguan dirumah Anggi? Tanya ayu

“Jadilah. Kerumah Ajeng sama Atika dulu buat ngambil makannya.” Ujar sang Anggi.

Inilah gambaran tentang negeri tercinta, negeri Indonesia. Bermacam-macam budaya & adat istiadat nya. Alam yang menampakkan elok sempurna & indahnya.

Lembayung itu mulai hirap dari cakrawala langit. Seorang wanita tengah berdiri di sisi bangunan-bangunan baru. Meratapi akan masa kini dan masa depannya. Dulu, yang ia bangga-banggakan akan keelokan alam di desa tercintanya. Kini, menjadi sebuah aset perkotaan yang dipenuhi bangunan-bangunan toko dan pabrik. Asap dan polusi semakin bertambah. Panas dan gersang menggambarkan situasi saat ini dan seterusnya. Ia teringat pada masa kecilnya dulu yang setiap hari menikmati pemandangan sejuk nan damai. Sungguh, masa kecil yang harmonis. Dengan permainan-permainan yang menambah nuansa tradisional yang sangat kental. Lalu, sekarang dimana mereka, dimana alam yang selalu aku damaikan & dambakan? Dimana masa bermain yang sangat menyenangkan & solidaritas yang erat itu? Hilang semua nostalgia yang menggantung pada memori.

Ia kembali mengenakan masker yang sempat ia lepaskan. Lalu, cobaan apa lagi ini. Perubahan dunia yang begitu pesat saja sudah cukup membuat hati sang wanita itu lirih, kini ditambah pandemi yang akhir-akhir ini mengikuti setiap langkah jejak negeri belum berakhir juga. Covid-19 yang mengintai dan menakuti dunia dengan dampak yang berbahaya ikut megikuti negeri tercinta. Tentang masa depan, keluarga, pendidikan, ekonomi, sosial, kini menjadi masalah yang serius bagi umat manusia dipejuru negeri.

Ayu menutup matanya, lalu meresapi tentang dunianya yang dulu, sekarang, dan esok kelak. Perihal negeri dengan segala kekentalan tradisi, budaya, keelokan alam dan segala permasalahan yang menyerang bumi Pertiwi ini. Tradisi yang mulai lenyap sedikit demi sedikit termakan oleh berkembang nya zaman dan alam yang mulai berubah terhirap dari banyaknya kerusakan oleh tangan manusia-manusia tak beretika.

10 views0 comments

Recent Posts

See All

NEGERIKU

Comments


OFFICIAL WEBSITE HMJ SPI UIN SMH BANTEN

083805937957

Jalan Jendral Sudirman No. 30 Panancangan Cipocok Jaya, Sumurpecung, Kec. Serang, Kota Serang, Banten 42118, Indonesia

  • Instagram
  • Facebook
  • Google Places

©2021 by SPI BERKARYA. Proudly created with Wix.com

bottom of page