top of page

AHIMSA DAN SATYAGRAHA

Writer's picture: HMJ SPI UIN BANTENHMJ SPI UIN BANTEN

Oleh : Mochammad Adnan Chairullah

171350028

Pada dasarnya Bung Karno memahami konsep kemanusiaan untuk menolak adanya penindasan bangsa di atas bangsa erat hubungannya dengan apa yang Bung Karno pelajari tentang Ahimsa dan Satyagraha milik salah seorang pejuang revolusi India, yakni Mohandas Karamchan Gandhi. Gandhi adalah salah seorang pejuang revolusi yang luar biasa. Satu-satunya pemimpin revolusi yang mampu mengusir penjajah tanpa pertumpahan darah, dan metodologi berpikir yang ia gunakan ialah Ahimsa yang berarti Cinta. Sebenarnya Ahimsa merupakan ajaran agama Hindu. konsep ini pertama kali digunakan dalam sebuah kitab Hindu yang disebut Upanishad, yang salah satu bagiannya berasal dari tahun 800 SM. Konsep ini kemudian dijelaskan lebih lanjut di Bhagavad Gita, Puranas dan kemudian teks-teks Buddhis.


Dalam kitab Manusmurti, seorang pengikut Ahimsa adalah seorang vegetarian dan tidak membunuh atau melukai makhluk. Ahimsa adalah tugas utama dari semua kasta Hindu.

Konsep ini diperkenalkan kepada Barat oleh Mahatma Gandi. Beberapa orang berpendapat, gerakan anti-kekerasan yang dilakukan Gandhi memengaruhi gerakan kemanusiaan yang lain seperti gerakan Martin Luther King Jr. dan Nelson Mandela.

Sedangkan “Satyagraha” merupakan praktik atas konsep Ahimsa yang diterapkan oleh Gandhi di Afrika Selatan pada 28 Oktober 1913, dimana kala itu Afrika Selatan berada di bawah jajahan kolonial Inggris. Namun gerakan tersebut mendapatkan berbagai cemooh dari kalangan penjajah Inggris, hingga akhirnya, Gandhi merubah nama gerakan tersebut menjadi “Passive Resistance” atau Perlawanan Pasif. Gandhi adalah mahasiswa hukum di Oxford University sehingga ia paham betul bagaimana menggoyangkan pemerintahan inggris tanpa melawan hukum. Passive Resistance ini Gandhi dapat dari sikap ayahnya, dimana ketika Gandhi kecil tertangkap merokok oleh ayahnya, namun ayahnya tidak sedikitpun marah, ayah gandhi hanya diam dalam kekecewaan. Disanalah Gandhi merasa bahwa “Diam” ternyata dapat merubah hati orang dengan waktu yang relatif cepat, saat itupun Gandhi kecil menangis dan meminta maaf pada ayahnya. Sehingga kesimpulan Gandhi adalah metode Passive Resstance merupakan cara untuk meraih hak-hak rakyat melalui perjuangan dengan cara menanggung penderitaan secara pribadi.


Secara bahasa Satya berarti kebenaran, Graha berarti kehidupan, yang jika disimpulkan maka Satyagraha berarti hidup demi kebenaran. Satyagraha juga diterapkan Gandhi di India pada 12 Maret 1930, ketika India berada dalam bayang-bayang penjajahan Inggris. East Indies Company (EIC) perusahaan dagang milik Inggris melakukan embargo ekspor-impor garam di India, dan membuat ekonomi masyarakat India terpuruk.

Gerakan dimulai saat Gandi beserta 70 orang pengikutnya berjalan lebih dari 117 mil ke kota Dhandi dari Bombay umtuk memproduksi garam sendiri dan melakukan protes damai sehingga pemerintah Inggris merasa kebingungan harus mendakwa Gandhi dengan tuduhan apa, karena Gandhi tidak sama sekali melanggar hukum dengan masa protes yang hampir 15.000 orang. Dengan sendirinya Inggris pergi, sejak itupun Gandhi terkenal dengan metode perjuangan dan Kemanusiaan nya, Gerakan melawan penindasan tanpa kekerasan.


Gandhi dalam bukunya “Semua Manusia Bersaudara” Mengatakan “Ketika saya menolak untuk melakukan sesuatu yang menurut kesadaran dan hati nurani saya merupakan hal yang menjijikan, maka saya harus menggunakan kekuatan jiwa. Sebagai contoh, pada saat ini pemerintah menerapkan dan telah menetapkan undang-undang yang dapat berlaku terhadap diri saya, tetapi saya tidak menyukainya, apabila dengan kekerasan saya memaksa pemerintah untuk mencabut undang-undang tersebut, maka saya telah menggunakan kekuatan yang saya sebut jasmani. Namun apabila saya tidak mematuhi undang-undang tersebut dan menerima hukuman atas pelanggaran yang telah saya lakukan dalam perspektif undang-undang itu, berarti saya telah menggunakan kekuatan jiwa (Soul Force)”. Hal ini mencakup pengorbanan diri, lebih dari itu, apabila kekuatan jiwa ini digunakan untuk perkara yang benar, maka ia akan mampu memobilisasi kepentingan orang banyak secara masif.


Referensi: Gandhi, Mohandas Karamchand. 1958. Semua Manusia Bersaudara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

19 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


OFFICIAL WEBSITE HMJ SPI UIN SMH BANTEN

083805937957

Jalan Jendral Sudirman No. 30 Panancangan Cipocok Jaya, Sumurpecung, Kec. Serang, Kota Serang, Banten 42118, Indonesia

  • Instagram
  • Facebook
  • Google Places

©2021 by SPI BERKARYA. Proudly created with Wix.com

bottom of page