![](https://static.wixstatic.com/media/5f6a22_e50b106a64f247d093dc71b6f12e9b00~mv2.jpg/v1/fill/w_236,h_157,al_c,q_80,enc_auto/5f6a22_e50b106a64f247d093dc71b6f12e9b00~mv2.jpg)
oleh : hatami komala 191350092
Museum Benteng Heritage merupakan hasil restorasi sebuah bangunan berasitektur tradisional Tionghoa yang menurut perkiraan dibangun pada pertengahan abad 17 dan merupakan salah satu bangunan tertua di Kota Tangerang. Bangunan ini terletak di Jalan Cilame No.20, Pasar Lama, Tangerang atau dapat dikatakan Zero Point nya Kota Tangerang sebab disinilah cikal bakal pusat Kota Tangerang, yang dulunya disebut kota Benteng terbentuk. Awal tindakan restorasi ini berdasarkan pemikiran seseorang yang tersadar akan pentingnya melestarikan peninggalan sejarah dari setiap budaya dan tradisi yang ada di Bumi Persada Nusantara. Kemudian masyarakat likngkungan tersebut juga tergerak untuk turut berpartisipasi aktif melakukan penyelamatan situs-situs budaya yang masih tercecer agar tidak punah sama sekali dan me-ngakibatkan kita menjadi bangsa yang miskin dengan peradaban sehingga mengalami “amnesia sejarah”. Museum benteng heritage ini menyimpan banyak hal unik serta adanya sejarah kehidupan etnik Tionghoa dengan berbagai artefak yang menjadi saksi bisu kehidupan masa lalu, mulai dari kedatangan armada Cheng Ho (Zheng He) beserta rombongan yang terdiri dari sekitar 300 kapal jung besar dan kecil membawa hampir 30.000 pengikutnya. Sebagian dari rombongan ini dipimpin oleh Chen Ci Lung diyakini sebagai nenek moyang penduduk Tionghoa Tangerang (Cina Benteng) yang mendarat di Teluk Naga pada tahun 1407.
A. Lokasi
Benteng Heritage atau yang saat ini dikenal dengan museum Benteng Heritage berada di Indonesia bagian barat Pulau Jawa, provisnsi Banten, tepatnya yakni di Jalan Cilame No.20, Pasar Lama, Kota Tangerang. Letaknya dapat dikatakan Zero Point nya Kota Tangerang dan pada koordinat 6°10’43.0” LS dan 106°37’47.1” BT. Adapun jarak untuk menempuh lokasi museum ini dapat ditempuh dari Bandar Udara Soekarno Hatta 16,9 kilometer dan Dari Stasiun Tangerang sekitar 260 meter. Letaknya yang berada di antara lingkungan pasar menyatakan bahwa bangunan benteng heritage ini dahulunya hanya sekedar rumah pemilik masyarakat Tionghoa yang kemudian dijadikan tempat perkumpulan komunitas dalam hal perdagangan. kawasan ini juga cukup mudah dijangkau sebab letaknya yang berada di pusat Kota Tangerang dan didukung dengan berbagai fasilitas transportasi yang cukup baik. Kawasan Pasar Lama Tangerang dekat dengan stasiun kereta api yang menghubungkan 4 Kota Tangerang dengan kota-kota lainnya. Selain dekat dengan stasiun kereta api, akses ke pasar ini juga cukup mudah, bisa menggunakan angkutan umum, kendaraan pribadi, berjalan kaki, becak, dan lain sebagainya. Pasar lama ini merupakan pasar rakyat yang dimayoritasi oleh daerah komersil di tengah-tengah pemukiman warga. Sekarang area komersil di kawasan ini cenderung ramai pada malam hari dan hari libur. Mayoritas pengunjung berkeliling dengan berjalan kaki karena ruko-ruko komersil di area ini hanya berjarak 400 meter sehingga cukup mudah untuk digapai dan pengunjung cenderung tidak merasa bosan karena adanya keberagaman kulineran ataupun wisata sejarahnya. B. Deskripsi Museum Benteng Heritage Museum Benteng Heritage ini merupakan salah satu bangunan tertua di Kota Tangerang dan juga hasil restorasi sebuah bangunan berarsitektur tradisional Tionghoa. Sebagaimana hal tersebut dapat dilihat dari bagian depan bangunan museum Benteng Heritage dengan bentuk rumah tinggal bergaya Tionghoa masa lalu. Bangunan museum Benteng Heritage memang menempati rumah orang Tionghoa yang dibangun sekitar abad ke-17an. Unsur Tionghoa yang amat kental dapat ditemukan pada bangunan yang terbilang paling tua di kota Tanggerang ini karena bangunan Museum Benteng heritage ini adalah bangunan hasil peninggalan dari peranakan Tionghoa pertama sekaligus satu-satunya di Indonesia. Arsitektur bangunan museum ini terlihat seperti rumah biasa yang memiliki 2 lantai namun memiliki ciri khas bangunan masyarakat Tionghoa yakni dalam ukiran ornament dengan nilai sejarahnya dan masih ada sampai saat ini. Museum ini memiliki dua lantai. Untuk lantai dasar pada museum ini dijadikan sebagai ruangan registrasi tamu dan ruangan tunggu dengan dilengkapi adanya bukti-bukti penghargaan serta hiasan berupa lukisan-lukisan zaman dahulu ysng menggambarkan kehidupan sosial dan struktur bangunan serta lingkungan pada masa itu. Sedangkan di bagian dalam dari lantai dasar museum ini sebagai restoran, tempat gathering, dapur, penjualan suvenir, buku-buku lama dan sebagai tempat menceritakan sejarah museum benteng tersebut, dan dibagian belakang museum ada sedikit ruang terbuka sebagai taman sederhana dan toilet. Dari kebudayaan serta sejarah bangunan ini para wisatawan dan juga kaum pelajar tertarik untuk mengunjungi dan meneliti unsur budaya didalamnya. Maka hal tersebut menjadikan museum benteng heritage salah satu tempat wisata situs sejarah yang sudah mendapatkan beberapa penghargaan situs museum budaya baik nasional maupun internasional.
Kemudian dilantai atas atau lantai 2 bangunan Museum Benteng Heritage ini banyak menyimpan koleksi benda-benda sejarah yang berasal dari masyarakat Tangerang maupun kolektor benda kuno dan pemerhati budaya Tionghoa peranakan di Indonesia. Selain itu museum ini juga masih memiliki berbagai artefak yang menjadi saksi bisu kehidupan masa lalu, mulai dari kedatangan armada Cheng Ho dengan rombongan yang terdiri dari sekitar 300 kapal kayu besar dan kecil yang membawa hampir 30.000 pengikutnya dan Chen Ci Lung yang dianggap atau diyakini sebagai nenek moyang penduduk Tionghoa Tangerang (Cina Benteng) yang mendarat di Teluk Naga pada tahun 1407.
Adapun sebuah ruangan museum ini yang terdapat galeri berisikan berbagai macam kamera tua yang masih bisa menghasilkan gambar berkualitas tinggi dan berbagai koleksi alat pemutar lagu mulai dari yang paling kuno, seperti fonograf Edison yang dibuat tahun 1890-an sampai zaman Retro. Ada juga koleksi timbangan, yaitu timbangan opium yang berasal dari Tiongkok, Jepang, Indonesia, Birma dan Thailand sampai ada timbangan yang digunakan untuk berdagang di pasar. Selain itu, ada koleksi botol kecap yang diproduksi di Tangerang, seperti botol kecap Benteng Teng Giok Seng dan Siong Hin. Kemudian ada ranjang pengantin Cina Benteng dan foto-foto prosesi adat pernikahan Cina Benteng yang terlihat sebagai perpaduan antara budaya Betawi dengan budaya Tionghoa. C. Sejarah Mengenai sejarah adanya museum benteng heritage ini yaitu berawal dari sebuah bangunan rumah yang dulunya ditempati oleh masyarakat peranakan Tionghoa yang kemudian dijadikan tempat perkumpulan komunitas Tionghoa. Saat itu kondisi bangunan sebelum dijadikannya museum tempat ini sangat memprihatinkan seperti bangunan usang yang kelihatannya tak layak berpenghuni namun masih kokoh berdiri. Maka atas kesadaran seseorang yang merasa bahwa bangunan tersebut merupakan situs budaya yang memiliki nilai historis tinggi, seseorang yang bernama Udaya Halim mengambil alih bangunan tua tersebut pada tahun 2009. Pak Udaya Halim ini bertindak yakni melakukan proses restorasi untuk mengembalikan kondisi bangunan seperti semula. Proses ini memakan waktu selama kurang lebih dua tahun, dan walaupun bangunan museum benteng heritage ini hasil restorasi, akan tetapi tidak merubah struktur bangunan yang ada pada sebelumnya dan tetap mempertahankan bentuk serta bahan asli bangunan tersebut Karena tujuan kegiatan restorasi hanya berupaya untuk mengembalikan keadaan bangunan seperti keadaan semula yang mengandung nilai-nilai budaya masyarakat saat itu, maka kegiatan restorasi tersebut tidak dilakukan secara sembarangan, bahkan dilakukan kajian budaya ke berbagai Negara serta melibatkan orang yang ahli pada bidang tersebut sehingga tidak akan merusak orisinalitas dari bangunan itu sendiri. restorasi ini memerlukan waktu hampir dua tahun sehingga akhirnya pada 11 November 2011 pukul 20.11, Museum Benteng Heritage pun diresmikan. Selain sejarah dari bangunan museum benteng heritage terdapat pula latar belakang atau sejarah dari masyarakat Tionghoa yang pertamakali mendarat di nusantara dan membangun peradaban peranakan Tionghoa di kota Tangerang. Sejarah datangnya masyarakat Tionghoa ke Nusantara telah terjadi bahkan jauh sebelum abad ke-10. Sebagaimana dalam catatan sunda, “Tina Layang Parahyangan” yang dimana tertulis bahwa pada tahun1407 rombongan orang Tionghoa yang dipimpin oleh Chen Cie Lung (Ha Lung) mendarat di pantai utara Tangerang yang sekarang dikenal dengan nama Teluk Naga. Mereka kemudian bermukim dan membuka lahan pertanian di sepanjang sungai cisadane. Rombongan ini diyakini merupakan pengikut laksamana Cheng Ho (Zheng He), seorang muslim Tionghoa yang di tulis oleh Kaisar Yongle (Zhu Di) dari dinasti ming, Tiongkok. Laksaman Cheng Ho ini telah melakukan 7 kali pelayaran ke berbagai Negara antara tahun 1405-1433 ke berbagai negeri bahkan lebih dari 3000 negeri dipenjuru dunia, termasuk 6 kali diantaranya mengunjungi Nusantara. Dari berbagai pelayaran rombongan dari Cheng Ho ini salah satu tempat pelayarannya di nusantara rombongan ini sempat singgah di Jakarta dan Banten pernyataan ini terdapat dalam buku ying yai sheng lan, yang ditulis oleh Ma Huan, yakni merupakan salah satu pengikut dari rombongan Cheng Ho. Singgahnya masyarakat Tionghoa di Tangerang menjadikan kota tersebut memiliki banyak keunikan pada masyarakatnya, salah satunya adalah adanya pembauran antar etnis yang berjalan harmonis antara etnis Sunda, Jawa, Melayu, dan Cina. Banyak komunitas etnis Tionghoa di Indonesia, tetapi komunitas etnis Tionghoa yang ada di Kota Tangerang memiliki keistimewaan tersendiri. Mereka yang dikenal dengan sebutan Cina Benteng telah mampu berbaur dengan pribumi secara alami. Etnis Tionghoa yang tinggal di kota Tangerang hampir seperempat dari keseluruhan jumlah penduduk kota Tangerang. Adapun sebuah sejarah yang mengisahkan masyarakat Tionghoa yakni terdapat budaya peranakan Tionghoa. Peranakan Tionghoa sendiri merupakan keturunan dari orang Tionghoa dengan orang lokal yang kemudian menghasilkan budaya-budaya baru dalam lingkungan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu kebudayaan Tionghoa banyak mewarnai kebudayaan setempat dan Mereka memiliki budaya khas tersendiri yang berbeda dengan warga Tionghoa pada umumnya. D. Fungsi Dulu dan Fungsi Bangunan Sekarang Fungsi Bangunan Benteng Heritage Ini Pada Saat Itu Merupakan Tempat Perkumpulan Komunitas Tionghoa, Sementara Komunitas Tionghoa Tersebut Dikenal Atau Disebut Sebagai China Benteng. Mereka Sudah Ada Sejak Abad 15 Dan Memiliki Tradisi Unik Perayaan Imlek. Sedangkan fungsi dari bangunan benteng heritage sekarang telah dijadikan museum yang dimana berfungsi sebagai tempat bersejarah untuk mengulik cerita dari kehidupan peranakan Tionghoa Tangerang atau disebut China Benteng. Karena bangunan ini merupakan bangunan tertua dan pertama Tionghoa di Indonesia. Maka dijadikanlah Museum ini yakni untuk memperkenalkan budaya dan sejarah khususnya Tionghoa Tangerang. Agar ketika orang-orang datang ke sini (Museum Benteng Heritage) orang-orang bisa tau bahwa kaum Tionghoa sudah ada pada tahun 1407 di sini (Tangerang). E. Kondisi bangunan saat ini Kondisi bangunan dari museum benteng heritage ini yang sebelumnya sempat tak terurus dan terliht usang kini setelah adanya diretorasi maka kondisi bangunan seperti terlihat kembali memunculkan kekhasan dan nilai-nilai budayanya. Contoh seperti pintu masuk yang masih memiliki ke khasan kayu dan arsitekturnya kemudian sekatan-sekatan ruangan yang masih terlihat sampai saat ini dan yang paling menariknya yakni masih terlihat ukiran relief yang mengandung nilai sejarah didalamnya, selain itu banyak pula karya donator dari kolektor benda kuno yang menyumbangkan barang-barang bersejarah milik masyarakat Tionghoa, seperti kekhasan busana peranakan Tionghoa saat itu, meja dan ranjang yang berasal dari abad ke 19, serta duplikat alat-alat pertanian pada masa itu. referensi : Sumber Internet “Sejarah Singkat Cina Benteng” diakses dari, http://agenmautau.blogspot.com/2010/01/sejarah-singkat-cina-benteng-3150.html. pada tanggal 8 Desember 2020 “Fungsi Musem Benteng Heritage” diakses dari,
https://anakpanah.sch.id/2020/06/11/museum-benteng-heritage/ . Pada Tanggal 8 Desember 2020. Thrisnawati, “Sosial Budaya Masyarakat Cina Benteng”
http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/83. Vol 7, No 1 (2015).
Comments