top of page

PUISI : Belasan untuk HMJ

Writer's picture: HMJ SPI UIN BANTENHMJ SPI UIN BANTEN

Belasan

Oleh: Rowan

Terakhir

Gulita menjelma aku

Saat langkahmu mulai menjauh

Rembulan seakan meredup

Saat cincin di jari manismu bukan dariku

Suasana kamar seakan panas

Saat pipiku basah melepas kepergiannmu

Sajadah menjadi sandaranku

Basah corak masjidnya

Kalimat-kalimat mulai tersusun menjadi kata

Perihal rasa siapa yang tahu ukurannya

Semoga penerimaan mulai mengetuk pintu hati

Karena yang di hati belum tentu semati

Janji

Di bawah rindangnya pohon yang berumur ratusan tahun

Kita menyatukan kelingking

Semoga cerita kita

Sepanjang usia pohon ini

Tapi,

Belum seperempatnya kita berpisah

Cinta tak harus memiliki, kan?

Cinta juga tak bisa dipaksa, kan?

Aku hanya tersenyum memandang foto kita

Sesekali pernah pipiku basah

Berbulan berlalu

Rasa itu masih ada

Berbulan berlalu

Aku harus memaksa rela


Berpisah

Semburat cahaya mentari memenuhi sudut-sudut jendela kamar

Cahayanya mencium pipiku yang basah bekas semalam

Ingin selalu berada di mimpi

Namun kita harus kembali sadar

Bahwa yang bersama

Akan berpisah

Yang berawal

Pasti memiliki akhir

Kaurenggut kembali harapku

Sedang aku tertatih bangkit kembali

Tuhan, apa kau cemburu?

Tuhan, apa kau ingin aku kembali?

Penuhi aku dengan pengampunan-Mu

Sampai aku tenggelam di dalamnya



Melangkah

Kita adalah lembaran yang terpisah

Kau di buku yang satu

Dan aku yang satunya

Kita pernah berjalan senada

Menulis kisah kita berdua

Namun

Tak lagi

Kita berpisah

Dan saling membelakangi

Melanjutkan langkah


Teringat

Perjalanan tanpa ujung setelah kepergianmu

Langkah demi langkah kulalui

Kadang teringat kembali

Semua tentangmu

Kadang aku tertawa

Tidak sedikit aku menangis

Apakah aku harus menyalahkan perpisahan?

Atau menyalahkan takdir atas awal pertemuan kita?

Sedikit demi sedikit ikhlas mulai menyelimuti

Perlahan tapi pasti penerimaan menghampiri

Cinta memang tak harus memiliki, kan?

Puncak cinta itu bahagia melihat yang dicinta bahagia, kan?

---walau bukan bersama kita.


Silahkan pergi

Apa rasanya hati saat ditinggal pergi?

Apa kamu bisa menggambarkannya?

Tidak?

Bertahun kau pergi

Bertahun aku mencoba sembuh atas luka ini

Mengapa kau datang kembali?

Apa?

Kau bilang ini takdir bahwa jodoh akan bertemu?

Tidak,

Kau salah.

Aku tidak ingin menangis dua kali

Aku tidak akan mematahkan hatiku lagi

Aku masih punya harga diri

Aku pasti bisa tanpamu

Silahkan pergi,

Hatiku tertutup untukmu yang tak bisa menghargai sebuah hati.


Air Mata

Semua sudah mengering

Air mata yang kutampahkanhkan untuk senyum yang telah melangkah jauh

Adakalanya hati ingin tetap bersamamu

Sesekala hati mengigatmnu

Sesekali hati belum bisa berpaling darimu

Lagi-lagi terpaksa adalah langkah penerimaan

Satu-dua tahun terpaksa

Lalu tersiksa

Lama-lama menerima dan terbiasa

Semoga bahagiamu segera kau temukan

Sebagaimana yang kau katakan sebelum menjauh

‘kau bukan bahagiaku, akan kutemukan bahagiaku.’

aku mengumpat dalam hati

‘lalu, mengapa kau menetap bertahun di sini? Apa cuma hanya ingin bermain? Dan setelah kau bosan, kau tinggal pergi dan mencari tempat mainmu yang baru?’


Sadar

Puaskan kakimu untuk melangkah

Bukankah perpisahan memang sungguh nyata

Biarkan aku ditemani hujan malam hari

Bulan yang masih bersembunyi dengan bintang malam yang tak berani menatapku

Hujan mulai jatuh ke kepalaku menembus sampai ke ujung kaki

Kau tetap melangkah pergi

Air mata dan air hujan berpadu menjadi satu

Airnya mampu menembus hati yang keras

Bahwa cinta tak harus memiliki

Bahwa cinta tak harus bersama

Tak harus selalu berdua

Semua yang berakhir memang menyedihkan, kan?

Saat senyumnya kembali pada sudut ingatan

Saat hangatnya dirasakan kala bersama malam

Saat itulah pengikhlasan harus terealisasikan

Bagaimana mungkin kau akan berjalan tanpa pengikhlasan?

Bagaimana mungkin kau akan mampu melangkah maju jika tak adanya penerimaan.


Sendiri

Kutarik napas panjang pada pertengahan bulan sejak kau pergi

Kenang itu masih ada dalam sanubari dan indah menari dalam kepalaku

Sedang aku menikmati kenang itu

Benar, memaafkan itu tidak mudah

Lebih-lebih menerima dan mengikhlaskan

Aku sekarang mencoba mengambil langkah akan semua yang terjadi pada kisah kita

Kuharap penuh sampai menua

Ternyata sampai di pertangahan saja

Kita berbeda jalan dan berpisah


Cahaya

Cahaya kumbang mulai menyinari tanaman-tanaman yang mulai dipeluk oleh gelap. Gelapnya bukan hanya memeluk sekitarnya, ia juga mulai memeluk hati-hati yang kisah cintanya karam-seperti aku-. Gelap itu mulai menyentuh di hati paling dasarnya. Aku takbisa berbuat apa-apa saat kau memutuskan untu melangkah jauh. Aku tergugu. Tanpa bergerak. Tanpa suara. Hanya angin yang mendesir seakan menyanyikan lagu kegalauan terbaru. Malam itu aku runtuh. Sebagaimana di awal kalimat ini. Cahaya kumbang masih ada di dalam hati. Ia menjadi pertahanan akhir semua episode kehidupanku. Cahaya yang menjadi titik aku kembali. Cahaya yang kecil namun semakin membesar ketika aku membesarnya. Ya, benar, cahaya itu adalah cahaya keimana yang ditaruh oleh Yang Maha Cinta. Agar ketika aku benar-benar runtuh, ada cahaya itu yang akan membangun kembali semua halaman dalam hidupku.


Aneh

Aku kembali meratap sepi

Harusnya begitu

Bukan begini

Memang nasib

Susah sekali jika sudah ditakdirkan

Sulit sekali menerima kenyataan

Aneh, sungguh aneh

Ketika kita tidak pernah kenal aku baik-baik saja

Tapi, ketika kita kenal lalu dekat dan kamu pergi

Kenapa aku tidak baik-baik saja

Sekali lagi, ini aneh

Dan

Ini soal waktu

Maaf sudah terucap

Semoga ikhlas dan penerimaan segera meliputiku atas perbuatanmu.


Pernah Bersama

Apa aku salah jika mencintaimu?

Apa aku tidak boleh jika menyukaimu?

Bukankah kita menjalani ini dengan bahagia?

Atau jangan-jangan kau hanya kasihan padaku karena hidupku yang nestapa?

Ah, lagi-lagi aku seperti ini

Semenjak kepergianmu satu pekan lalu

Kamarku dipenuhi pertanyaan seperti ini

Siapa juga yang ingin seperti ini

Siapa juga yang aka peduli jika hidupku nesatapa

Siapa juga yang mau tahu bagaimana aku menjalani hidup

Cukup satu hal saja yang harus kamu tahu

Aku bahagia saat kita bersama

Ah, mengapa aku harus mengatakan ini

Tapi, ini sungguh

Aku berharap kita menua bersama

Tapi scenario tak sesuai ekspetasi

Dan sekarang

Kita hanya pernah bersama.

Pergi

Perpisahan bukan hal yang mudah, kan?

Saat sudah jauh berjalan

Teringat kembali kenang di warung kopi

Teringat kembali senyum di tukang seblak

Kembali lagi tercium aromamu di kantin kampus

Tatap matamu di sudut kelas

Bayangmu di lorong-lorong rektorat

Rasanya sulit melupa, tapi akan lebih sulit lagi jika kita memaksa bersama

Tidak mungkin matahari dan bulan dipaksa menikah

Mereka bercahaya sesuai dengan waktunya

Jadi, aku menerima meski terpaksa

Kepetusanmu pergi.


Cukup

Aku bersyukur semesta mengirimu mewarnai kisahku

Di Bianglala

Senyummu merona di atas ketinggian 30 meter

Sedang aku sedikit pucat karena takut ketinggian

Bertahun berlalu

Semua bosan mulai menghampiri

Seakan asing menyelimuti kita kembali

Tak sengaja semesta memberi jawaban atas keterasingan ini

Di warung baso yang nyaring terdengar klakson kereta

Kutatap mesra kekasihku dengan wanita lain

Dengan dua mangkok baso bergambar ayam jago

Aku menatapmu, kamu menatapku

Aku pergi

Sudahi semua

Cukup

Aku menangis di kamar

Kurapal mantra:

Tuhan, Aku salah, maafkan.


Menjauh

Dulu dengkul kita berdekatan

Tangan saling mengenggam

Tatap mata hanya beberapa jengkal

Hingga kubisa menikmati senyummu

Indah bola matamu

Hangat sentug jemarimu pada pipiku yang berjerawat

Sekarang kita saling menjauh

Dengkul kita puluhan kilometer

Tatap mata kita tak saling bertemu

Jangan tanya apakah jari saling mengenggam

Jangan tanya apakah aku bisa menggambarkan senyummu, bola matamu, lentik jarimu

Kita adalah langkah yang pernah bersama lalu berpisah dipersimpangan

Aku dengan langkahku

Kamu dengan langkahmu

Dan kita saling menjauh.

36 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


OFFICIAL WEBSITE HMJ SPI UIN SMH BANTEN

083805937957

Jalan Jendral Sudirman No. 30 Panancangan Cipocok Jaya, Sumurpecung, Kec. Serang, Kota Serang, Banten 42118, Indonesia

  • Instagram
  • Facebook
  • Google Places

©2021 by SPI BERKARYA. Proudly created with Wix.com

bottom of page