top of page

ARTIKEL PENDIDIKAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI THAILAND SELATAN (PATANI)

Writer's picture: HMJ SPI UIN BANTENHMJ SPI UIN BANTEN

Updated: Jan 18, 2022


Oleh : Bidang Eksternal

Sejarah menyangkut kedatangan Islam ke Asia Tenggara melalui proses damai yang berlangsung selama berabad–abad. Proses yang dilakukan umat Islam ini disebut dengan Islamisasi. Islamisasi selain mengajak untuk memeluk agama Islam, juga mengandung upaya pemurnian Islam dari unsur – unsurk epercayaan non-Islam serta berusaha agar Islam dilaksanakan dalam berbagai aspek kehidupan yang mencakup ritual keagamaan, ekonomi, sosial-budaya, politik, hukum dan pemerintahan.[1]

Penyebaran Islam di kawasan ini terjadi tanpa pergolakan politik atau bukan melalui ekspansi pembebasan yang melibatkan kekuatan militer, pergolakan politik atau pemaksaan struktur kekuasaan dan norma – norma masyarakat dari luar negeri. Melainkan Islam masuk melalui jalur perdagangan, perkawinan, dakwah dan pembauran masyarakat Muslim Arab, Persia dan India dengan masyarakat pribumi. Azyumardi mengatakan bahwa penyebaran Islam di Asia Tenggara berbeda dengan ekspansi Islam di banyak wilayah Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika yang oleh sumber – sumber Islam di Timur Tengah disebut Fath atau Futuh yakni pembebasan, yang dalam prakteknya sering melibatkan kekuatan militer.[2]

Islamisasi di Asia Tenggara ini dilakukan melalui sosialisasi ajaran Islam kepada penduduk setempat, baik melalui jalur perdagangan, pernikahan, tasawuf dan juga pendidikan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam islamisasi di wilayah Asia Tenggara. Pendidikan Islam disebar luaskan oleh para ulama atau mubaligh maupun para pedagang yang datang ke wilayah ini. Karena mereka yang datang ke wilayah ini memiliki wawasan yang cukup baik tentang Islam, sehingga mereka memperkenalkan dan mengajarkan kepada penduduk setempat tentang ajaran Islam. Sebagaimana yang diketahui bahwa pendidikan suatu bangsa bertumbuh dan berkembang sejalan dengan sejarah perjalanan bangsa tersebut. Seperti halnya yang dialami oleh umat Islam Patani, sepanjang masa ini mereka harus menghadapi berbagai gejolakan dan permasalahan sehingga mengharuskan umat Islam Patani mencari jalan yang terbaik dan bertindak selayaknya sesuai dengan perkembangan keadaan pada masa itu. Sistem pendidikan tradisional Melayu merupakan sistem yang muncul di Patani sejak abad ke–17 dengan institusi seperti madrasah dan masjid. Perkembangan Islam di Patani terlaksana melalui sistem pondok.

Pendidikan Islam di Patani dimulai sejak Islam datang dan menetap di Pattani yaitu pada abad ke–15. Proses islamisasi di Patani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada tahap awal, pendidikan informal sangat berperan yaitu kontak informal antara mubaligh dengan rakyat setempat selanjutnya ditindak lanjuti dengan munculnya pendidikan non-formal dan terakhir pendidikan formal.

1. Pondok Tradisional

Penyebaran Islam di Pattani dilakukan dengan menggunakan pendidikan namun tidak dapat diketahui secara pasti. Tetapi menurut Umar, pendidikan pondok pesantren telah ada di Pattani sejak kedatangan Islam ke wilayah ini, yaitu sekitar abad ke–10. Beberapa lembaga pendidikan Islam di wilayah Thailand Selatan adalah pondok pesantren salaf dengan penekanan pembelajaran melalui metode sorogan, bandongan dan majlis. Salah satu Pesantren yang terdapat di Thailand Selatan antara lain, Pesantren Tsimar Al–Jannah Islah Al–Din yang terletak di desa Nongci, wilayah Pattani, Thailand Selatan.

Di Pesantren tersebut tidak adanya batasan dalam usia peserta didik, sehingga para santri yang menuntut ilmu usianya beragam, ada yang 20, 23, bahkan berusia 27 tahun. Hal ini terjadi karena adanya santri yang masuk pondok pesantren setelah menempuh pembelajaran di sekolah formal mulai dari tingkat ibtidai’, muttawasitah dan tsanawi. Hal ini menunjukkan bahwa pondok pesantren menganut paham bahwa belajar tidak memandang atau mengenal usia, baik anak–anak, remaja maupun orang yang sudah tua harus tetap belajar. Sesuai dengan Hadits Nabi yaitu belajar dimulai sejak dilahirkan hingga masuk ke liang lahat.[3]

Keberadaan Pondok di Patani sangatlah penting karena Pondok merupakan satu–satunya institusi pendidikan Islam yang membawa harum nama Patani sebagai pusat kegiatan Islam di Semenanjung Tanah Melayu dan telah mencetak beberapa ulama yang termasyhur. Dalam fungsinya, Pondok telah memberikan jasa dalam mempertahankan nilai–nilai ajaran Islam. Pondok juga selalu membina dan membimbing masyarakat Patani ke arah kemajuan sosial, membentuk pola pikir dan perilaku kehidupan masyarakat umum.[4]

2. Surau dan Masjid

Keberadaan surau dan masjid di Pattani bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah melainkan berfungsi juga sebagai lembaga pendidikan Islam. Surau dan masjid sejak dulu memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam di Pattani. Melalui lembaga tersebut, para ulama dapat menyampaikan ajaran agama Islam kepada masyarakat dalam bentuk pengajian agama secara rutin. Adapun pengajian yang ditetapkan di lembaga ini yaitu belajar membaca Al–Quran, belajar kitab–kitab Jawi, belajar berzanji dan belajar menjadi imam Shalat, serta melaksanakan Shalat berjamaah. Surau dan masjid tetap digunakan meskipun di siang hari, dan juga lembaga yang masih aktif sebagai lembaga pendidikan agama Islam meskipun sudah ada lembaga–lembaga pendidikan formal lainnya.[5] Di tempat–tempat lembaga pendidikan tradisional pondok, surau dan masjid inilah masyarakat Patani belajar tentang Islam dan ilmu–ilmunya. Antusias orang tua Patani untuk memberikan pendidikan tentang Islam kepada anaknya, yang dirasa tidak cukup dengan mengaji dirumah–rumah tokoh guru ngaji. Sehingga anak–anaknya dikirim ke pondok dengan tujuan untuk mendapatkan ilmu Islam lainnya.[6]

3. Pondok Modern (Sekolah Swasta pendidikan Islam)

Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan hasil proses transformasi dari lembaga pondok pesantren tradisional ke pondok pesantren modern. Semua kegiatan diatur oleh pemerintah Thai melalui Pusat Pendidikan Kawasan II, di propinsi Yala. Sistem pendidikan dilaksanakan dalam bentuk dualisme semi sekuler, yaitu: pendidikan agama tingkat pendidikan Ibtidaiyah, Mutawasitahdan 20 Tsanawiyah, sedangkan pendidikan umum dari tingkat Menengah Pertama (SLTP) dan Menengah Atas (SLTA)

4. Madrasah

Sistem madrasah di Thailand adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan para pelajarnya untuk melanjutkan pendidikan mereka dalam tingkat yang lebih tinggi di negeri-negeri lain yang mempergunakan bahasa pengantarnya memakai bahasa yang berbeda dengan bahasa ibu mereka. Sistem pendidikan di madrasah ini memakai sistem klasikal yakni ada tingkatan-tingkatan dan jenjang-jenjangnya baik itu berupa kelas, maupun jenjang berdasarkan tingkatan sekolah. Institusi madrasah di Thailand dapat dibagi tiga tingkatan yaitu ibtidaiyah, mutawassithah, dan tsanawiyah.

5. Sekolah

a) SekolahMelayu

Sekolah Melayu di Pattani merupakan sebuah wacana yang mengajarkan tentang agama Islam, sekolah Melayu ini menjadi pusat pengajian bagi masyarakat Melayu. Pelaksanaan sekolah Melayu setelah shalat Maghrib di rumah-rumah tuan Guru dan mata pelajaran yang diajarkan adalah Tajwid dengan menggunakan tulisan Jawi (Bahasa Melayu). Hal ini disebabkan pada saat tersebut kerajaan Siam, memaksakan anak-anak Melayu bersekolah dengan system pendidikan Kebangsaan Thai. Mereka menggunakan bahasa Thai sebagai pengantar serta melarang berbicara dalam bahasa Malayu di sekolah Siam, sehingga peluang anak-anak Melayu belajar agama dan bahasa Melayu sangat sedikit.

b) TADIKA (Taman Didikan Anak – Anak)

Tadika merupakan singkatan dari Taman Didikan Kanak-kanak, di sekolah ini Pada awalnya mereka hanya mengajar baca Alquran dan bacaan dan tulisan Melayu dengan menggunakan huruf Jawi sebagai asas, tulisan Rumi sebagai pengajian bahasa. Pada tahun 1970-an, sekolah TADIKA tersebar luas di kampung–kampung. Mereka melakukan pembelajaran baik di rumah Tuan Guru, Balai Sah (Shalat) dan Masjid. Para pengajar pula terdiri dari lulusan Pondok dan sekolah–sekolah agama, bahkan sebagian mereka yang lulusan dari Mekah. Sekolah Tadika, kemudian dikembangkan menjadi Pondok Pesantren Salaf, meskipun ada yang sampai saat ini masih tetap Tadika. Di setiap kampung orang Melayu bila ada masjid, maka Tadika pun ada.


[1]Nurbaiti, Pendidikan Islam Pada Masa AwalIslamisasi di Asia Tenggara, (Depok: RajawaliPers, 2019), p. 37 [2]Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Kasim Riau, 2014), p. 8 – 9 [3]Nurbaiti, Pendidikan Islam Pada Masa Awal Islamisasi di Asia Tenggara, (Depok: RajawaliPers, 2019), p. 94 – 96 [4] (Skripsi), SifaFauziah, Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di Thailand Selatan (Patani) Pada Abad Ke XVII Sampai XX M, (Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), p. 22 [5]Nurbaiti, Pendidikan Islam Pada Masa Awal Islamisasi di Asia Tenggara, (Depok: RajawaliPers, 2019), p. 99 [6] Aslan, “Dinamika Pendidikan Islam di Thailaind Pada Abad 19 – 20”, Nazhruna: Jurnal Pendididkan Islam [Online], Volume 3 No 1: p. 38 – 54 (2020), p. 46

194 views1 comment

1 Comment


Muhamad Rifai'i
Muhamad Rifai'i
Oct 03, 2021

Keren

Like

OFFICIAL WEBSITE HMJ SPI UIN SMH BANTEN

083805937957

Jalan Jendral Sudirman No. 30 Panancangan Cipocok Jaya, Sumurpecung, Kec. Serang, Kota Serang, Banten 42118, Indonesia

  • Instagram
  • Facebook
  • Google Places

©2021 by SPI BERKARYA. Proudly created with Wix.com

bottom of page